Masalah Kebidanan Di Komunitas #Materi Kebidanan Komunitas


Masalah Kebidanan Di Komunitas
1.       Kematian Ibu dan anak 

                Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena berbagai penyebab yang berhubungan dengan atau di stimulasi oleh kehamilan dan penangannya, tetapi tidak dari kasus-kasus kecelakaan atau incidental (Depkes RI, 1998).

                Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu (15-49 tahun) per 100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik risiko kematian ibu hamil dan baru saja hamil, serta proposi perempuan menjadi hamil pada tahun tersebut. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi sebelum mencapai umur tepat satu tahun per  1.000 kelahiran hidup.
                Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena faktor terlambat dan terlalu. Ini semua terkait dengan faktor akses, sosial budaya,
pendidikan, dan ekonomi (http://www.tribunnews.com/2012/03/08/penyebab-angka-kematian-ibu-di-indonesia).
                Belum banyak kemajuan yang tercapai, AKI masih 230 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2004), AKB 42 per 1.000 kelahiran hidup (UNDP, 2004). Angka-angka tersebut masih jauh dari kesepakatan Millineum Development Goal (MDG) pada tahun 2015 dimana AKI menjadi 115/100.000 kelahiran hidup dan AKB 25/1.000 kelahiran hidup.
                Upaya strategi yang dapat dilakukan oleh  bidan di masyarakat untuk menekan Angka Kematian Ibu dan Anak adalah dengan memberikan perhatian dan perlakukan khusus pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan cara sebagai berikut :
a.       Membina dan mengarahkan masyarakat agar bersedia dan mampu mengenali masalah, sehingga masyarakat dapat mengetahui secara tepat dan cepat apa yang harus diperbuat jika menghadapi kasus resiko tinggi, dan apabila terjadi komplikasi, masyarakat tahu kemana dan kapan harus merujuk
b.      Bekerjasama dan melakukan pembinaan kader dalam memantau atau melakukan pengamatan sehari-hari terhadap kondisi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir yang tinggal di sekitar rumahnya.
c.       Memberi penyuluhan dan mengampanyekan tentang suami siaga.
d.      Bersama masyarakat menggalang tabungan ibu bersalin (Tabulin).

2.       Kesehatan Reproduksi Remaja
             Masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan seseorang, karena merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa. Selain itu, remaja mengalami proses berkembang kea rah kematangan atau kemandirian. Pada masa remaja seringkali muncul dorongan untuk mengetahui dan mencoba hal-hal baru dalam usahanya untuk mencari jati diri dan mencapai kematangan pribadi sesuai tugas perkembangannnya.
                Perubahan yang paling menonjol dan memberikan dinamika psikologis yang besar pada proses tumbuh kembang remaja adalah kematangan organ reproduksi dan seksual.  Kematangan ini ditandai dengan meningkatnya hormone seks dalam darah yang berdampak pada perubahan fisik berupa munculnya ciri-ciri seks primer, sekunder, serta perubahan psikologis berupa dorongan seksual.
                Masalah kesehatan reproduksi remaja yang terjadi dimasyarakat dikarenakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang adekuat tentang kesehatan reproduksi dan seksual, tidak memiliki akses terhadap pelayanan daninformasi kesehatan reproduksi termasuk kontrasepsi, sehingga perempuan remaja rentan terhadap kematian ibu, anak, bayi, aborsi tidak aman, infeksi menular seksual. Kekerasan/pelecehan seksual, HIV/AIDS, dan kekerasan.

3.       Aborsi yang tidak aman
        WHO pada tahun 2003 mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan sebelum janin mampu hidup diluar rahim. Sedangkan menurut Berkow dan Talbott (1977) aborsi adalah keluarnya janin ketika beratnya masih kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Kejadian aborsi pada perempuan berkisar antara 750.000 sampai 2 juta per tahunyan (hull, 1993). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) angka aborsi tidak aman mencapai 11,1%. Aborsi tidak aman 30% ikut berkontribusi dalam menunjang AKI, yaitu dari 9 ibu yang melakukan aborsi tidak aman akan meninggal dunia. Beberapa factor penyebab seorang perempuan melakukan aborsi adalah factor psikososial, yaitu melakuakn hubungan seksual diluar nikah, pemerkosaan, dan kemiskinan; dan factor gagal dalam program KB.

4.       Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
                BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan 1.500 gram sampai kurang dari 2.500 gram. Paling sedikit 17 juta BBLR lahir setiap tahunnya. Masalah BBLR merupakan masalah utama di Negara berkembang termasuk Indonesia. BBLR merupakan penyebab terjadinya peningkatan angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) pada bayi. Penyebab utama adalah prematuritas. http://health.detik.com/read/2012/01/26/142448/1825789/1300/kematian-bayi-di-indonesia-banyak-terjadi-di-masa-neonatal

5.       Tingkat Kesuburan
                Angka kesuburan adalah  jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan pada akihir masa reproduksinya dengan asumsi ia mengikuti pola fertilitas yang berlaku dari usia 15-49 tahun. Upaya yang dapat dilakukan oleh bidan untuk mengatasi permasalahan tingkat kesuburan masyarakat adalah melakukan analisis situasi tentang demografi dan program keluarga berencana, memberikan pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi, melakukan kemitraan dengan petugas KB dan kader, melakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi dengan tujuan membentuk keluarga PEDULI : Keluarga Peduli KB dan Kespro, Keluarga Peduli Ketahanan Keluarga.

6.       Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non-Kesehatan
                Penyebab masih banyaknya pertolongan persalinan oleh dukun adalah otonomi daerah sangat bervariasi, sarana yang tersedia belum sesuai standar, belum semua petugas kompeten, sistem rujukan belum berjalan dengan baik, belum semua kab/kota melaksanakan Audit Maternal Perinatal (AMP) non-medis, dan belum semua desa mempunyai tenaga bidan. Rasio bidan per 100.000 perempuan usia reproduksi 1 : 71, sedangkan rasio bidan per 100.000 penduduk 1 : 19.

7.       Penyakit Menular Seksual (PMS)
                Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah istilah umum terhadap tiga tipe infeksi yaitu, penyakit dan infeksi menular seksual/IMS, infeksi-infeksi endogen vagina, dan infeksi-infeksi yang berhubungan dengan prosedur saluran reproduksi.  Infeksi menular seksual berhubungan dengan keadaan akut, kronik dan kondisi-kondisi lain yang berhubungan dengan kehamilan, seperti Gonore, Chlamidya, Sifilis, Herpes kelamin, Hepatitis, Kutil kelamin, Trichomoniasis, HIV/AIDS. Setiap tahunnya ada sekitar 30.000 orang menderita infeksi menular seksual, sebagian besar (50%) perempuan tidak menyadari dirinya terinfeksi.

8.       Perilaku dan aspek social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan di komunitas
                Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor determinan pada derajat kesehatan. Beberapa perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas diantaranya adalah sebagi berikut :
a.       Health Believe, tradisi-trasisi yang diberlakuakn secara turun temurun dalam pemberian makanan bayi.
b.      Life style, gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan.
c.       Health seeking behavior, salah satu bentuk perilaku social budaya yang memercayai apabila seseorang sakit tidak perlu kepelayanan kesehatan, akan tetapi cukup dengan membeli obat warung,atau mendatangi dukun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar